Penulis: Erlinda Dwi Lestari
Editor: Arianti Isthifarani
Pagi yang indah dengan sorot cahaya matahari yang cerah mewakili perasaan Ina yang sedang berbunga-bunga. Yah… Ina namanya seorang gadis kecil yang pantang menyerah. Hari-harinya hanya dipenuhi dengan sekolah dan sesekali memanfaatkan peluang yang memungkinkan ia mendapatkan rupiah untuk menutup sedikit kebutuhannya. Keunikan dirinya dengan segala keanehan tingkah laku untuk menghadapi candaan dunia. Dibalik kecerdikannya membaca peluang bisnis, ada sebuah kejutan dari dirinya yang menjadikannya gadis yang tangguh.
Hari ini adalah hari yang membuatnya memiliki pemikiran uang, uang, dan uang, dimana ia langsung seketika menjadi joki foto kopi latihan soal untuk ujian akhir di SMP nya. Tanpa ragu Ina mengeluarkan buku kecil untuk mencatat berbagai jumlah lembaran yang harus difoto kopi. Rekap jumlah foto kopi sudah dalam genggamannya dengan rincian 11 bendel latihan soal difoto kopi sebanyak sekali dan 1 bendel latihan soal difoto kopi 40 kali.
Ketika Ina sedang asik dengan catatan jumlah foto kopinya, datanglah Fina sahabatnya sedari TK sehingga Ina menganggapnya seperti keluarga.
Tiba-tiba Fina berkata “Ina nanti jangan lupa ada bimble jam setengah empat sore untuk masalah foto kopi nanti bisa aku antar sembari kita berangkat les lagian temen-temen juga maunya besok semua foto kopi harus beres.”
“Oke Fin siap makasih banyak ya… kamu selalu ada disaat aku butuh kamu” jawab Ina.
“Iya sama-sama kitakan bukan lagi sebagai teman melainkan keluarga yang akan selalu bersama dalam suka maupun duka sampai kapanpun, kamu gadis yang sangat tangguh, Ina aku bangga padamu” jawab Fina sembari mengelus punggung Ina.
“Terima kasih banyak atas semua pengertian dan pemahaman atas diriku, sampai kapan pun tidak akan bisa aku membalasnya.” jawab Ina dengan mengusap air matanya
“Sudahlah aku jadi ikut sedih harusnya kita bahagia lo…. Sampai ketemu nanti jam setengah empat sore ya, nanti aku jemput kamu” jawab Fina dengan sigap lalu memegang tangan Ina
“Oke siiap Fin, aku tunggu ya…” jawab Ina.
Sore harinya tepat jam setengah empat sore hati Ina sangat gelisah dimana dia sudah janjian dengan Fina untuk pergi bimble dan mengantar kertas latian soal ke tukang foto kopi tapi nyatanya Ina tidak ada kabar sama sekali. Hati Ina merasa campur aduk hingga muncullah fikiran buruk mengenai Fina.
“Ya Tuhan lindungilah temanku Fina, selalu jaga dia dimanapun dia berada.” Ina berkata dalam hati.
Selang lima belas menit suara motor terdengan dari luar kala itu Ina sedang tinggal dengan abang, nenek, dan kakeknya karena satu alasan tertentu.
“Assalamualaikum Ina, Ina aku sudah dating.” dengan tergesa-gesa Fina mengucapkan salam.
“Waalaikumssalam. Fin kamu kesini bentar deh.” Ina menjawab dengan panik.
Berkumpulah mereka diruang tamu rumah nenek dan abang Ina. Kebingungan dan kepanikan berkecambuk menjadi satu dalam tubuh Ina yang seketika membuatnya merasa kesal dan bingung.
“Kamu kenapa Ina, ini jam kamu bimbel sudah telat sekitar lima belas menit segeralah berangkat menunggu apalagi kamu ini malah…..?” tanya abang Ina kepada Fina.
Tanpa menunggu abangnya selesai berbicara Ina langsung turut berbicara “Bang aku minta tolong nanti kamu antar kertas latian soal ini ke tempat foto kopi yang tumpukan 11 bendel ini difoto kopi 1 kali, sedangkan yang tumpukan 1 bendel ini difoto kopi sebanyak 40 kali.”
“Tidak, aku tidak mau inikan tanggung jawabmu antar saja sendiri.” jawab abang Ina dengan tegas.
“Ayolah bang bantu adikmu ini nanti aku sendiri yang akan ambil sepulang dari bimble ini juga aku mau antar sendiri tapi waktunya udah telat.” jawab Ina dengan suara lembut.
“Ina alangkah baiknya kamu saja sendiri yang ketempat foto kopi daripada abangmu nanti malah kebalik-balik” kata nenek Ina.
“Tidak Nek, Abang pasti faham ini cuma dua jenis foto kopinya” jawab Ina kepada neneknya.
Karena melihat wajah adiknya yang melas dan melihat waktunya juga tidak memungkinkan jika adiknya mengantar kertas itu ke tukang fotokopi sendiri, abang Ina mengiyakan perintah Ina dengan sedikit terpaksa.
“Okedeh aku nanti akan antar ketukang foto kopi dan janjian untuk ambil jam 6 sesuai sama jam kamu selesai bimble.” kata abang Ina.
“Makasih banyak abangku sayang, aku tidak akan melupakan kebaikanmu ini.” jawab Ina dengan wajah senang dan nada bicara yang gembira.
“Iya sama-sama udah segera berangkat kalian ini udah telat banget lo…” jawab abang Ina yang sedikit jutek.
Ina dan Fina bergegas berpamitan dan mencium tangan nenek dan abang Ina.
“Assalamualaikum Nek, Bang” Ina dan Fina berpamitan kepada nenek dan abang Ina.
“Waalaikumssalam, hati-hati dijalan ya jangan ngebut naik motornya” jawab nenek dan abang Ina.
Perjalanan dari bimble Ina sampai ke tempat bimble ditempuh sekitar 15 menit. Sembari menikmati perjalanan merekapun mengobrol dan memperjelas alasan Fina bisa sampai terlambat ke rumah Ina.
“Fin kenapa kamu tadi bisa terlambat padahal tadi kamu yang ingetin aku kalo ada bimble dan kamu juga udah nawari aku buat diantar ke tempat tukang foto kopi, sekarang malah kita udah telat ga bisa ke tempat foto kopi lagi.” tanya Ina kepada Fina dengan nada bicara sedikit kesal.
“Maafkan aku ya Ina, aku ga bermaksud seperti ini aku tadi ketiduran sampai-sampai udah jam setengah empat aja jadinya aku bergegas mandi dan sholat lalu langsung ke rumahmu dan ternyata udah jam empat kurang lima belas menit, sekali lagi maafkan aku ya…” jawab Fina dengan rasa penyesalan.
“Iyadeh aku maafin tapi janji ya jangan diulangi lagi, aku ga mau kejadian semacam ini terulang lagi entah lagi sama akua tau yang lainnya.” Ina menjawab dengan nada yang masih sedikit kesal.
“Siappp bu boss, Fina janji tidak akan mengulanginya lagi.” jawab Fina dengan kegembiraan karena dapat maaf dari sahabatnya.
Tak terasa merekapun sampai pada tempat bimble dan melaksanakan bimbel sampai jam setengah 6 sore. Bel pun berbunyi Ina dan Fina bergegas untuk sholat dan melanjutkan dengan perjalanan pulang karna sudah ada janji dengan tukang foto kopi jam 6 sore. Seperti biasa dalam perjalanan pulang mereka habiskan untuk mengobrol.
“Ina kira-kira nanti sudah jad belum ya semua foto kopinya?” tanya Fina kepada Ina.
“Sudahlah kan kita foto kopinya sedikit, lagian itu tempat foto kopinya juga lumayan besar dan banyak karyawannya juga jadi pasti cepat ngerjainnya.” jawab Ina dengan rasa penuh keyakinan.
“O iya benar juga apa katamu, eh btw besok bawa hasil foto kopinya ke sekolah aku bantu ya kita setengahan bawanya biar kamu ga terlalu berat.” kata Fina.
“Siiap Fin, makasih ya atas semua bantuanmu untukku selama ini.” jawab Ina
“Sama-sama gadis kuat” jawab Fina.
Beberapa saat kemudian mereka sudah sampai pada tempat tukang foto kopi. Sambil mencopot helm dalam pikiran Fina terbersit total biaya foto kopi kertas latihan soal ujian tersebut. Ditanyakanlah pada Ina dengan rasa penasaran tinggi.
“Ina kira-kira nanti habis berapa ya total foto kopinya?” tanya Fina.
“Mungkin hanya puluhan ribu soalnya ini kan jumlah foto kopinya juga ga terlalu banyak.” jawab Ina.
“Kamu udah ada uangnyakan, semisal nanti kurang aku ada jadi tenang saja.” tanya Fina
“Ga pernah salah emang aku berteman sama kamu.” jawab Ina.
“Mulutmu Na,,, Ina…” jawab Fina.
Setelah beberapa saat mereka masuk kedalam toko foto kopi dan menanyakan mengenai hasil foto kopi kertas latihan soal ujian dan dengan terkejut Ina dan Fina mendapat jawaban bawasannya pihak toko belum menyelesaikan foto kopinya tersebut dengan alasan jumlah yang terlalu banyak. Dengan kebingungan Fina dan Ina saling berguming. Ina pun memberanikan diri bertanya bagaimana jumlah foto kopi yang disampaikan abangnya kepada pihak foto kopi.
“Bapak maaf sebelumnya bagaimana ya mengenai jumlah kertas foto kopinya?” tanya Ina kepada salah satu tukang foto kopi.
“Iya mbak ini ada yang difoto kopi sebanyak 1 kali dan dan 40 kali.” jawab tukang foto kopi.
“Untuk lebih detailnya bagaimana ya bapak jumlahnya?” kata Ina.
“Begini mbak ini 1 bendel difotokopi 1 kali sedangkan 11 bendel difoto kopi 40 kali.” kata tukang foto kopi.
Tanpa bisa berkata-kata apa yang dibilang nenek Ina menjadi kenyataan, Fina yang mendengar jawaban mengenai jumlah foto kopinya menjadi ikut tercengang dan kekhawatiran mulai menyelimuti hati mereka mengenai biaya yang tentunya mencapai angka ratusan ribu. Suasana bahagia seketika menjadi sebuah kesedihan yang menyelimuti. Selang beberapa menit Ina kembali sadar dan dengan sigap meminta untuk tidak meneruskan foto kopinya karna ada kesalahan mengenai jumlah.
“Sebelumnya mohon maaf bapak mohon untuk tidak meneruskan foto kopinya ternyata Abang saya tadi terbalik ketika menjelaskan mengenai jumlah foto kopinya dan itu semua tertukar.” pernyataan Ina.
“Iya kah dik?” tanya bapak foto kopi dengan tercengang juga.
“Iya Bapak ada kesalah fahaman antara saya dan abang saya?” jawab Ina.
“Lalu ini bagaimana dengan foto kopinya dik?” jawab tukang foto kopi.
“Saya akan tetap tanggung jawab bapak dengan membayar semua yang sudah bapak foto kopi tapi mohon untuk tidak melanjutkan foto kopinya.” jawab Ina.
“Baik dik, akan saya hitung semua jumlah pembayarannya” jawab bapak tukang foto kopi.
“Terima kasih banyak bapak.” jawab Ina dengan nada suara bergetar.
“Sama-sama dik” jawab tukang foto kopi.
Sembari menunggu tukang foto kopi menghitung jumlah uang yang harus dibayarkan Ina. Ina menghampiri Fina yang menunggu di ruang tunggu yang tidak jauh dari tempat Ina dan tukang foto kopi tersebut berbincang. Ina datang sembari meneteskan air mata dan kebingungan dengan melihat kenyataan bahwa foto kopi yang diharapkan bisa menjadi uang tambahan buatnya malah menguras semua uang tabungannya bahkan itupun belum tentu cukup. Fina dengan sigap menawarkan dan menenangkan Ina.
“Ina aku ada uang untuk membantumu tapi jumlahnya juga tidak banyak ini aku juga bingung apakah nanti kita bisa melunasinya atau tidak, tapi aku yakin Tuhan akan menolong kita” jawab Fina sembari merangkul Ina.
“Aku sudah siapkan uang tabunganku semoga saja cukup, nanti jika tidak cukup aku pinjam uangmu ya Fin dan semoga saja uang kita cukup, aku tidak tau lagi mau minta bantuan siapa lagi” jawab Ina dengan isakan tangis.
“Aku faham keadaanmu Ina, dan aku sangat yakin kamu bisa melewati semua ini dengan keberanian dan tanggung jawab penuh, kamu gadis kuat walau seberat apapun ujiannya, kamu sudah diberikan ujian yang lebih berat dari ini saja kamu bisa masa masalah ini kamu ndak bisa lewatin” jawab Fina sembari mengelap air mata dipipi Ina.
“Apakah tandanya ini Tuhan sayang aku begitu bertubi-tubi cobaan ini silih berganti menerpaku entah dari keluargaku yang diancam karna perselingkuhan ibukku, abangku yang belum ketrima keja dimana-mana, kakek dan nenekku yang sering sakit-sakitan, dan masih banyak kejadian lagi termasuk hal yang sekarang ini terjadi” jawab Ina dengan nada sesegukan.
“Iya bener banget tanpa yang kamu bilang Tuhan sangat sayang kamu sehingga memberi cobaan seperti ini hingga kamu bisa menjadi perempuan kuat dimanapun dan kapanpun, Tuhan juga yakin kamu pasti bisa melewati semua cobaannya dan Tuhan selalu ingin dekat denganmu melalui cobaan-Nya dengan kamu menangis dalam sholatmu maka disitulah Tuhan berada disampingmu untuk menguatkan” jawab Fina dengan suara lirih menahan tangis dan harus jadi kuat untuk sahabatnya Ina dan menenangkannya.
“Makasih ya Fin kamu sudah menyadarkan aku betapa sayangnya Tuhan padaku dan betapa yakinnya Tuhan atas semua cobaa-Nya padaku, meskipun di dunia ini aku sangat merindukan kasih sayang dari keluargaku yang utuh terutama ibu dan ayahku” jawab Ina dengan sedikit senyuman dibibirnya.
“Yakinlah Tuhan akan mengantikan semua ini dengan kebahgiaan dan kesuksesan dimasa depan bersabarlah hingga kamu mendapatkan semuannya” jawab kembali Fina dengan senyuman sembari membuka kedua tangan untuk memeluk Ina.
Tak lama tukan foto kopi memanggil Ina karna ada sesuatu yang ingin disampaikan.
“Dik, tolong kesini sebentar ada yang ingin saya sampaikan” teriak tukang foto kopi.
“Baik Pak” jawab Ina.
“Dik Ini kami belum bisa menyelesaikan perhitungan jumah foto kopinya karna ini sedang banyak sekali pesanan foto kopi yang harus saya dan karyawan selesaikan. Apakah besok kamu bisa datang kembali kesini?” kata tukang foto kopi.
“Baik Pak besok pagi akan saya hampiri kesini sembari saya berangkat ke sekolah” jawab Fina.
“Terima kasih Dik atas pengertiannya” kata tukang foto kopi.
“Saya yang seharusnya berterima kasih banyak pada bapak, sekalian saya pamit ya Pak” jawab Ina.
“Iya Dik hati-hati dijalan ya” jawab tukang foto dengan suara lirih.
“Iya Pak Assalamualaikum” jawab Ina.
“Waalaikaumssalam” jawab tukang foto kopi.
Pulanglah kedua sahabat tersebut dengan diiringi perasaan yang penuh kekhawatiran dan kesedihan mengenai kesalah fahaman dan jumlah uang yang harus dibayarkan oleh Ina kepada bapak tukang foto kopi pada esok hari. Tapi rasa syukur atas semua yang terjadi telah hadir dalam diri Ina sehingga perasaan sedih dan kekhawatiran dalam dirinya dapat reda.
Kommentare