top of page

MENJADI YANG TERBAIK DI ANTARA YANG TERBAIK

Writer: fishflashnewsfishflashnews

Penulis: Trisia Adi Ningrum

Editor: Cita Wulan Mahardika K.


Pada suatu malam minggu dengan rembulan yang terang, kebanyakan remaja keluar rumah untuk menikmati malam minggu bersama. Namun, berbeda dengan Risa. Gadis cantik bermata biru ini lebih senang menghabiskan malam minggunya bersama buku-buku di depannya. Sejak kecil, Risa memang sering belajar sampai ia tertidur di atas tumpukan bukunya. Oleh karena itu, saat ini Risa dapat menduduki ranking 1 paralel dan sering mendapatkan banyak penghargaan di sekolahnya. Tak ayal banyak teman Risa sangat senang berteman dengannya dan menganggap Risa adalah gadis sempurna dengan kecantikan dan kepandaiannya yang duduk di kelas 11. Namun, ada juga yang menjuluki Risa sebagai "Si Obsesi Nomor 1". Risa tak marah dengan sebutan itu sebab nyatanya ia memang selalu ingin menjadi nomor satu. Dibalik semua pencapaian yang telah didapatkannya, Risa memiliki suatu rahasia yang ia sembunyikan saat itu.

Beberapa hari kemudian, pada Senin pagi, Risa berangkat sekolah bersama temannya, Aini. Mereka berangkat ke sekolah menggunakan sepeda motor. Aini adalah sahabat Risa sejak masuk SMA. Ia adalah orang yang paling dipercaya Risa dalam segala hal.

"Risa!" panggil Aini di depan pintu rumah Risa.

"Iya, Ni, bentar! Tunggu, ya, masih masukin buku," saut Risa. Tak lama, suara pintu terdengar diikuti kemunculan Risa.

"Udah siap?" tanya Aini.

"Udah, tenang aja," jawab Risa.

"Oke, deh. Pagi-pagi baru masukin buku, bener-bener rajin. Mau berangkat masih belajar aja lo, Ris," celetuk Aini sambil tersenyum.

"Hehehe,” Risa tertawa, “kan hari ini ada ujian Fisika. Ya, jadi belajar dong, Ni. Udah, yuk, berangkat sekolah. Keburu telat," jawab Risa dengan cepat.

Ketika sampai di sekolah, seperti biasa, Risa selalu menjadi pusat perhatian semua siswa. Banyak sekali yang menyapa dia, baik dari siswa maupun guru pun senang menyapa Risa. Aini yang berada di samping Risa juga ikut dikenal banyak orang karena bersahabat dengan Risa.

"Sumpah, ya, gue sahabatan sama lo jadi terkenal juga. Apa ini, ya, yang namanya pansos," kata Aini sambil tertawa.

"Ya, itulah yang namanya berkah dari Tuhan, lo sahabatan sama gue," jawab Risa sambil tergesa-gesa ketika berjalan.

"Ya elah, santai aja kali jalannya. Nggak bakal telat," saut Aini dengan nada santai.

"Gue mau buka materi soalnya. Tadi lupa belum kebaca, takutnya keluar di ujian," jawab Risa sambil terus berjalan.

"Udah, itu udah deket kelas santai aja. Jangan cepet-cepet," kata Aini.

Keduanya segera duduk di bangku. Lalu, Risa segera membuka bukunya. Risa dengan cepat mencari halaman yang belum dibacanya saat di rumah. Tak lama kemudian, bel berbunyi, menandakan kelas akan segera dimulai. Lima menit setelah bel, guru Fisika datang dan segera membagikan lembar soal ujian kepada seluruh siswa. Ketika lembar soal telah diterima oleh Risa, ia mulai membaca soal dan tersenyum, pertanda hasil belajarnya tidak sia-sia.

Selama satu jam mengerjakan ujian, Risa sangat santai dan menulis setiap jawaban hingga tak terasa waktu telah habis. Para siswa segera mengumpulkan lembar jawaban pada guru Fisika dan setelah selesai guru Fisika pun meninggalkan kelas.

"Ya, ampun! Soalnya susah banget, Ris. Gimana nilai gue nanti," tutur Aini sambil merengek.

"Udah, santai aja. Nilainya pasti bagus," jawab Risa menenangkan Aini.

"Itu lo yang nilainya pasti. Gue pasti jelek banget," jawab Aini mengeluh pada Risa.

"Yakin, deh, kalau usaha nggak mengkhianati hasil. Lo kan udah usaha, belajar kemarin malam," Risa kembali menenangkan Aini.

"Yaudah, deh. Gue berdoa aja semoga bagus," jawab Aini yang nampak kecewa.

Mereka berdua pergi ke kantin untuk makan setelah bergelut dengan soal fisika yang menurut Aini begitu susah. Di kantin, terlihat banyak siswa yang memperhatikan dan membicarakan Risa yang sangat terkenal. Namun, Risa tampak biasa dengan hal itu. Risa tak pernah peduli dengan omongan orang, entah omongan baik atau buruk tentang dia.

Jam sekolah menunjukkan pukul 16.00 WIB. Tandanya sekolah akan berakhir. Risa dan Aini bergegas menuju tempat parkir untuk mengambil motor dan melaju pulang. Namun, saat melewati dinding mading, pandangan Risa teralihkan oleh sepucuk lembaran yang berisi informasi bahwa akan diadakan olimpiade sains sekabupaten yang diadakan di sekolahnya sebulan lagi. Mata Risa langsung berbinar, ia terlihat senang dengan pengumuman tersebut.

"Bakal ada olimpiade sains, nih, Ris," kata Aini sambil membaca lembaran informasi tersebut. Risa hanya terdiam sambil tersenyum. "Udah kali senyumnya. Gue tau yang ada dipikiran lo pasti mau ikut,” tepis Aini.

"Ya, ampun! Seneng banget bakal ada olimpiade sains!" kata Risa.

"Iya iya. Udah yuk, pulang," jawab Aini sambil menarik Risa untuk segera pulang.

Semalam suntuk Risa belajar untuk mencari materi-materi olimpiade sains. Ia akan mendaftar pada lomba tersebut dan yakin bahwa pasti berhasil mendapatkan juara 1 kembali, seperti tahun lalu.

Keesokan harinya, jam kedua di sekolah Risa adalah mata pelajaran Fisika. Saat itu adalah pembagian hasil ujian. Guru Fisika menyebutkan satu per satu nama siswa. Tepat pada nama Risa, guru Fisika memberikan selamat pada Risa sebab nilainya hampir sempurna, yaitu 95. Risa hanya tersenyum. Dalam hatinya, ia merasa sedikit kecewa karena ia yakin nilainya akan sempurna, 100. Tiba saat Aini dipanggil, ia melihat nilainya dan tersenyum. Aini mendapatkan nilai 70, lebih tinggi dari nilai ujian sebelumnya.

Saat selesai membagikan hasil ujian fisika, tiba-tiba ada guru yang memberikan pengumuman bahwa akan ada murid baru dikelas 11 IPA 1. Gadis itu bernama Nana, ia juga memiliki banyak prestasi dari kecil. Prestasinya tidak hanya di bidang akademik, tetapi juga nonakademik. Risa yang mengetahui itu merasa khawatir. Ia tahu bahwa dirinya lemah dalam bidang nonakademik. Selama ini, ia hanya mengandalkan kemampuan akademiknya.

Bersambung....


Comments


Post: Blog2_Post

©2020 by Fish Flash News

bottom of page