top of page
Writer's picturefishflashnews

FENOMENA BIOLUMINESENSI IKAN LOMEK

Penulis: Wahyu Aprilya Ernawati

Editor: Wasiatul Ulumiah


(Foto: Dewi dkk., 2018)


Berita FFN — Ikan lomek (Harpadon nehereus) merupakan salah satu ikan yang terkenal di daerah Tanjung Balai Karimun, Kepulauan Riau, Indonesia. Ikan yang memliki nama lokal nomei, lembe-lembe, dan acang-acang ini dapat ditemukan di Pantai Utara Kalimantan, serta Pantai Barat Sumatera (Aceh, Padang, Pariaman, Pekanbaru) (Nugroho dan Dwi, 2015).


Fenomena bioluminesensi adalah fenomena pemancaran cahaya oleh makhluk hidup (Dunlap, 2009). Kemampuan bioluminesensi banyak dimiliki oleh organisme laut, sekitar 80% organisme bioluminesensi mendiami lautan dan dapat dijumpai di kedalaman kurang lebih 1000 m (Shimomura, 2006). Salah satu organisme laut yang memiliki kemampuan ini yaitu kelompok ikan. Sekitar 43 famili dari 11 ordo bony fish memiliki kemampuan memancarkan cahaya, termasuk di dalamnya ordo Aulopiformes dan 3 famili dari satu ordo shark (Paitio et al., 2016).


Bioluminesensi adalah hasil dari proses reaksi kimia alami, produksi dan emisi cahaya dihasilkan oleh energi melalui oksidasi dari substrat (lucifen) yang dikatalis oleh enzim (luciferase) (Haddock et al., 2010). Aktivitas bioluminesensi terjadi di permukaan tubuh ikan lomek pada bagian anterior area caudal dan ekor pada bagian posterior. munculnya cahaya dimulai pada bagian tersebut kemudian menyebar lebih luas ke area permukaan yang lebih basah dari area yang lain. Fenomena bioluminesensi dapat dilihat hingga ke dalam daging ikan (Dewi dkk., 2018).


Bioluminesensi dapat terjadi pada waktu 8 hingga 9 jam setelah kematian. Penyebab terjadinya fenomena ini yaitu adanya bakteri luminesen pada permukan tubuh ikan lomek. Hal ini dikarenakan kandungan air pada tubuh ikan lomek mencapai 90% sehingga cocok untuk menjadi media pertumbuhan bakteri (Kakatkar et al., 2003). Bakteri luminesen sendiri tergolong bakteri Gram negatif, motil dan mampu memfermentasikan glukosa (Dewi dkk., 2018). (*)



Referensi

Dewi, K., Pringgenies, D., Haeruddin, H., dan Muchlissin, S. I. 2018. Fenomena Bioluminesensi Ikan Lomek (Harpadon nehereus) dengan Bakteri Pendarnya. Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia, 21(3): 451-459.

Dunlap, P. V. 2009. Encyclopedia of Microbiology Bioluminescence, Microbial: Physiology. Elsevier Inc. University of Michigan, Ann Arbor.

Haddock, S. H. D., Moline M. A., Case J. F. 2010. Bioluminescence in The Sea. Annual Review of Marine Science, 2: 443–493.

Kakatkar, A., Sharma, A., and Venugopal, V. 2003. Hydration of Muscle Proteins of Bombay Duck (Harpodon nehereus) During Acetic Acid-Induced Gelation and Characteristics of The Gel Dispersion. Food Chemistry. 83: 99–106.

Nugroho, E. D dan Dwi A. R. 2015. Status Taksonomi Ikan Nomei dari Perairan Tarakan, Kalimantan Utara Berdasarkan Gen 16S rRNA sebagai Upaya Konservasi Ikan Laut Lokal Indonesia. Jurnal Harpodon Borneo, 8(2): 132-141

Paitio, J., Oba Y., and Rochow V. B. M. 2016. Bioluminescent Fishes and Their Eyes: Luminescence - An Outlook on The Phenomena and Their Applications. Intechopen.

Shimomura, O. 2006. Bioluminescence: Chemical Principles and Methods. Singapore (SG): World Scientific Publishing.

7 views0 comments

Recent Posts

See All

Comments


Post: Blog2_Post
bottom of page