Penulis: Ratih Ayu Setianingsih
Editor: Enkhena Auliya Maha Dewi
Tenggelamnya kapal perdagangan dunia di Pantai Mala, Desa Mala, Kecamatan Melonguane, Kabupaten Talaud (SKPT Kementerian Kelautan dan Perikanan)
Berita FFN — Pada awalnya Kepulauan Talaud merupakan Kepulauan Sangir Talaud yang secara geografis dibatasi oleh Mindanao di sebelah utara. Selat Talise di sebelah selatan, Laut Sulawesi di sebelah barat dan Laut Pasifik di sebelah timur. Kepulauan ini juga terdiri dari Pulau Sangir besar, Pulau Siau, Pulau Tagulandang dan pulau kecil sekitarnya. Diantara pulau-pulau tersebut yang dihuni oleh penduduk ada 56 pulau dan 21 pulau lain tidak berpenghuni. Kepulauan Talaud memiliki banyak potensi alam yang sangat berpengaruh pada wisatawan yang berkunjung. Seperti tempat ragam kuliner, kesenian, kerajinan, dan kegiatan upacara Mana’e yaitu menangkap ikan secara tradisional menurut sejarah tempat tersebut. Kepulauan Talaud ini memiki banyak sejarah dan tradisi yang bertahan hingga saat ini, bahkan Kepulaun ini dapat disebut sebagai bumi porodisa yang berasal dari kata paradise atau kepingan surga. Julukan tersebut diungkapkan oleh pelaut portugis ketika melakukan pelayaran sepanjang Kepulauan Sangir-Talaud.
Ketika berbicara tentang bumi porodisa tidak terlepas dari sejarah perdagangan dunia yang mana pada akhirnya melibatkan peristiwa terjadinya kapal tenggelam di perairan Kabupaten Talaud. Perdagangan barter atau sistem monopoli perdagangan rempah oleh para negara Eropa yang telah membentuk koloni-koloni perdagangan. Hal tersebut bertujuan untuk menguasai dan memonopoli rempah-rempah termasuk wilayah gugusan kepulauan ini. Bangsa Eropa yang pertama kali tiba di wilayah tersebut adalah bangsa Portugis, yang mana Portugis telah menjadikan wilayah kepulauan ini menjadi wilayahnya agar dapat menguasai perdagangan rempah-rempah dan tidak terganggu oleh pedagang dari China, Persia, dan Gujarat dari India. Berbagai jalur perdagangan kuno di dunia yang melewati kepulauan Talaud untuk mendapatkan rempah-rempah tidaklah berjalan mulus. Hal tersebut dikarenakan adanya penguasaan, pemaksaan, dan peperangan hingga penaklukan yang dilakukan oleh para penjajah pada masanya. Peperangan yang terus terjadi membawa dampak yang luar biasa, tidak hanya korban jiwa namun juga jatuhnya pesawat dan tenggelamnya kapal perang maupun kapal logistik di perairan nusantara. Salah satunya di Pantai Mala, Desa Mala, Kecamatan Melonguane, Kabupaten Kepulauan Talaud yang diketahui berasal dari kapal Perang Dunia II namun tidak diketahui asal negaranya.
Pada kedalaman sekitar 22 meter dibawah permukaan laut di Pantai Mala, kita dapat menemukan bagian ujung depan dari haluan sebuah kapal. Kapal tersebut memiliki panjang kurang lebih 160 meter dan lebar 18 meter. Pada dinding kapal tersebut ditumbuhi teritip dari koral dan yang paling mendominasi adalah soft coral, sehingga terdapat banyak ikan karang yang menyukai tempat tersebut. Ditambah lagi dengan adanya karang buatan artificial reef yang akan menambah keindahan dan keeksotisan tempat tersebut. Keindahan dari terumbu karang yang ada di badan kapal dapat menjadi daya Tarik tersendiri bagi para wisatawan. (*)
Referensi:
Diakses pada 09 April 2022 dari SKPT Kementerian Kelautan dan Perikanan. https://kkp.go.id/SKPT/Talaud/artikel/17006-kapal-tenggelam-di-kedalaman-talaud.
Diakses pada 09 April 2022 dari SKPT Talaud Kementerian Kelautan dan Perikanan. https://kkp.go.id/SKPT/Talaud/artikel/10671-sara-the-hidden-paradise-di-bumi-porodisa.
Corrie, Buata. 2013. Tradisi Upacara Mana’e pada Masyarakat Pesisir Kakorotan di Kepulauan Talaud Sulawesi Utara. Universitas Pendidikan Indonesia.
Comments