Penulis: Intan Cahyarini
Editor: Diva Putri Febriananda
Sumber: Instagram FPK Unair
Berita FFN — Sabtu (14/05/2022) terdapat acara pelepasan RSTKA di Kalimas, yang dihadiri oleh Ibu Khofifah, Dekan Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga (Prof. Amin Almsjah), dan beserta seluruh jajaran peneliti yang akan melakukan penelitian. Acara ini diperuntukkan untuk melepas atau memberangkatkan tenaga kesehatan dan peneliti ke pulau – pulau yang akan dikunjungi. Namun, khusus untuk Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga sendiri akan berkunjung dan melakukan penelitian di Pulau Oksigen Giliyang, Sumenep, Jawa Timur. Penelitian ini tentang mikroalga untuk kelimpahannya, dan Caulerpa sp. serta spesies lainnya yang dimana diselesaikan pada Kamis, 19 Mei 2022 dan diikuti oleh 5 mahasiswa/i dari Fakultas Perikanan dan Kelautan sendiri, 2 diantaranya mahasiswa dari angkatan 2018 atas nama Bagus dan Arif Yusuf, sedangkan 3 diantaranya berasal dari angkatan 2020 yakni ada Putri Mardhotilah, Thara Bening, dan Heri Prasetyoning Tias.
Awal mula diikutkannya 3 mahasiswi yang berasal dari angkatan 2020 dalam project ini yakni diajak dengan salah satu dosen Fakultas Perikanan dan Kelautan. Acara ini meliputi berbagai rangkaian kegiatan dan kegiatannya sangat seru dimulai dari keberangkatan hingga sampai di tempat Penelitian yakni Pulau Giliyang dengan melakukan observasi pada potensi rumput laut di Pulau Giliyang. Ditutup dengan kegiatan workshop mengenai Pemanfaatan keanekaragaman rumput laut sebagai bahan baku pangan dan biofilter tambak udang.
“Keikutsertaan dalam kegiatan ini diajukan oleh salah satu dosen Fakultas Prikanan dan Kelautan Universitas Airlangga dengan rancangan kegiatan mengobseravi pantai sekaligus potensi dari Caulerpa sp. di pulau Giliyang, karena ini sangat berpotensi dalam rumput laut di sana untuk filtrasi tambak udang. Untuk kegiatannya sendiri diawali dengan pemberangkatan menggunakan kapal RSTKA ke pulau Giliyang selama kurang lebih 18 jam selanjutnya barulah mengobservasi mengenai potensi rumput laut yang berada di Pulau tersebut” tutur Heri.
Menjadi salah satu bagian dari project ini sangatlah beruntung, dan ketiga mahasiswi yang berasal dari angkatan 2020 ini merasa sangat bersyukur dan tertarik untuk mengikuti project ini. Selain itu, pastinya ini merupakan kenangan dan pengalaman yang menarik sekaligus dapat juga belajar serta mengambangkan maupun mengimplemenasikan ilmu atau teori yang sudah di dapat.
“Alasan saya bergabung di project ini karena pertama saya tertarik dengan proposal yang sudah ditawarkan, yang meneliti serta mengobservasi Caulerpa sp. dan saya sendiri tertarik dengan spesies tersebut. Serta ini juga merupakan salah satu upaya filtrasi di tambak udang yang ada di Pulau Giliyang. Kedua, saya dan teman-teman juga dapat mengimplementasikan pembelajaran yang telah didapatkan selama di kampus dan dari beberapa kali saya belajar mengenai limbah budidaya udang”, ujar Heri
Banyak sekali spesies yang ditemukan di sana kurang lebih terdapat 13 spesies yang berhasil ditemukan oleh tim, dan juga beragam kegiatan yang dilakukan dapat menambah pengalaman serta dapat mengimplementasikan dari hadil belajar di bangku perkuliahan.
“Kita tidak hanya menemukan spesies rumput laut Caulerpa sp. tapi banyak juga yang lainnya, seperti Euchema cottoni, Padina, Halimeda, Sargassum, dan masih banyak lagi yang lainnya. Disana kita menemukan kurang lebih 13 spesies yang memang banyak ditemukan di pesisir pantai khususnya di Pantai Giliyang”, tambah Heri.
Pulau Giliyang sangatlah berpotensi dan banyak sekali permasalahan-permasalahan yang ada di sana yang jika di gali dapat menjadi bahan untuk PKL, PKM, dan masih banyak lagi. Hal ini dikarenakan memang dasarnya banyak sekali biota maupun sumber daya laut yang sangat memiliki potensi untuk digali lebih dalam lagi.
“Kesan pesan aku dalam mengikuti kegiatan ini yaitu sangat bersyukur dan senang karena dapat belajar sekaligus mengembangkan potensi yang sudah di dapat. Selain itu, untuk mahasiswa FPK sendiri semoga dapat mengembangkan potensi di pulau-pulau kecil lainnya yang mana merupakan sumber daya alam di perikanan dan tidak hanya di Pulau Giliyang saja. Kita juga sebagai anak perikanan dan kelautan dapat memberikan suatu yang lebih dan aksi nyata di daerah sekitar Jawa Timur. Semoga teman-teman juga bisa mengeksplorasi lebih jauh lagi”, tambahan dari Heri.
Comments